Selasa, 23 November 2010

Balo-Balo Mantu Poci dan Tari Endet : Kesenian dari Tegal yang Terlupakan


Meskipun kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal. Kesenian asli kota Tegal adalah tari endel dan balo-balo.

Balo-balo Mantu Poci adalah sebuah pertunjukan seni rakyat di daerah pesisir Kota Tegal, khususnya di daerah Muarareja dan Tegalsari  Kota Tegal. Tradisi mantu poci memadukan antara unsur bunyi/musik seni rakyat balo-balo dan unsur cerita mantu poci, yang dilaksanakan apabila suami istri yang tidak mempunyai keturunan, namun berniat menggelar pesta hajatan layaknya keluarga-keluarga lainya. Maka sebagai pengganti mempelainya adalah sepasang poci raksasa yg dihiasi dan didandani layaknya sepasang pengantin.  Dapat dikatakan bahwa gelar mantu poci sama dengan gelar hajatan perkawinan pada umumnya, yang membedakan hanya mempelainya, yaitu  berupa poci.

Selasa, 16 November 2010

Sasando dari Pulau Rote


Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.[1]

Sasando memang punya banyak senar. Sasando dengan 28 senar ini diistilahkan dengan Sasando Engkel. Jenis lain; Sasando Dobel namanya, punya 56 senar. Bahkan ada yang 84 senar. Cara memainkan sasando dengan dipetik. Mirip dengan gitar. Hanya saja sasando tanpa chord (kunci) dan senarnya harus dipetik dengan dua tangan, sehingga lebih mirip Harpa.

Sabtu, 06 November 2010

Kisah Seruling yang DIgemari Wanita

Suaranya jernih menghanyutkan. Membawa kita ke suasana dan tempat yang damai dan tenang. Hmmm…uenak tenaaan. Seruling, suling atau flute memang selalu enak. Enak didengar, enak dimainkan. Apa yang membuatnya jadi begitu istimewa?

Suara tiupan seruling bak buluh perindu. Mengalun merdu ketika mengiringi Sundari Sukoco menyanyi lagu keroncong. Sundari memang oke, tapi musik keroncong tanpa suara flute…, no way, bagai rendang tanpa rasa cabe. Bukan hanya keroncong. Ia juga eksis dalam musik klasik, pop maupun jazz. Berkat alunan suaranya, musik-musik itu melahirkan nuansa romantis, lembut, hangat, berbunga-bunga. Indah.

Bodinya yang lurus dan langsing memberinya kesan feminin. Bukan macho seperti sosok saxophone, alat tiup kerabat dekatnya, yang bertubuh lebih besar bahkan dengan corong yang mengacung. Gerak bibir sang peniup menambah kesan feminin. Formasi bibir peniup flute terlihat seperti bibir sedang tersenyum. Apalagi tidak ada sesuatupun yang perlu di emut dan mengganjal mulut seperti ketika meniup saxophone. Posisi senyum senantiasa itulah yang membuatnya nampak manis, seakan mempersilahkan pipit untuk lebih lama tinggal dalam lesungnya di pipi sang dara.

Apakah gara-gara itu flute lantas banyak diminati wanita? Entahlah. Yang pasti nama-nama pemain flute yang bergender wanita bertebaran di seantero dunia. Diantara mereka ada: Lisa Beznosiuk, Sharon Bezaly, Stefanie Bieber, Helen Bledsoe, Patrice Bocquillon, Andrea Brachfeld, Barbara Brown, Jane Bunnett, Brigitte Buxtorf, Maria Canales, Lucy Cartledge, Kathleen Chastain, dan Ann Cherry. Namun tak sedikit pula pria yang senang meniupnya. Pria peniup flute berkelas dunia itu misalnya Andreas Adorjan, Robert Aitken, David Amram, Yossi Arnheim, Peter Bacchus, Edward Beckett, dan Sebastian Be. 

Selasa, 05 Oktober 2010

Angklung Menangis di Negeri Sendiri


Angklung merupakan budaya asli dari kesenian Jawa Barat yang sudah berumur ratusan tahun. Kesenian yang benar-benar mempunyai nilai estetika yang tinggi. Bahkan kesenian angklung ini sudah merambah pada pasar internasional. Bahkan sudah banyak Negara asing yang mendirikan sekolah khusus untuk kesenian tardisional yang dianggap kampungan oleh sebagian besar remaja Indonesia.
Animo ketertarikan turis mancanegara, baik negara tetanggga maupun negara Barat terhadap kesenian Sunda, khususnya musik angklung memang terus meningkat. Seperti dituturkan Taufik yang merupakan salah seorang senima ranah Sunda, animo itu tampak tidak hanya dari frekuensi kunjungan turis yang hendak menonton pagelaran seni Sunda, namun juga dari tingginya permintaan pesanan alat musik angklung dari mancanegara.
Namun animo ketertarikan yang besar dari mancanegara tentang kesenian ini belum mampu untuk mengubah perspektif remaja terhadap kesenian ini. Sungguh kenyataan yang ironis. Ketika budaya yang begitu dihormati oleh bangsa lain harus menangis di negerinya sendiri.

Senin, 04 Oktober 2010

PUNK ; dunia tanpa matahari....

Vivian Westwood tidak pernah menyangka jika punk, gaya yang ditawarkannya di tahun 70-an, saat dia menjadi seorang desainer ternama, akan bertahan hidup sampai sekarang dengan beragam aliran. Bahkan digandrungi banyak anak muda diseantero dunia. Akan tetapi apa sebenarnya punk itu? Hanya sekedar Lifestyle-kah?

Menurut Webster New World Dictionary, punk kata aslinya berarti menyalahgunakan (a prostitute). Dalam bahasa prokemnya bisa berarti gay, bajingan muda (young hoodlum), atau apa saja tentang seseorang, khususnya berkaitan dengan anak muda, yang dianggap kurang pengalaman (inexperienced), sampah alias tidak berarti (insignificant), juga (presumptuous). Dalam kamus tersebut dicantumkan pula entry punk yang sangat dekat hubungannya dengan jenis musik, punk rock, yang punya ciri2 khas baik warna musik maupun dandanan personilnya yang unik.

Punk sebagai aliran musik, muncul di tahun 1970-an melalui sosok Johnny Rotten dari Sex Pistol di Inggris dan The Ramones di Amerika. Sesuai perubahan jaman, maka warna musik punk itu pun mengalami perubahan. Ini dapat kita lihat pada band2 beraliran punk seperti : bad Religion atau NOFX atau generasi terakhir mereka Blink 182, Rocket Rockers dan Endank Soekamti yang pernah ngetop dengan lagu Bau Mulut. Dengan kata lain, tiap generasi punya pahlawan punk-nya sendiri.